RSS

Selasa, 18 Oktober 2011

Aku Bersyukur Atas Segala Nikmat-Mu Ya ALLAH

Suatu kali aku pernah berfikir andaikan setiap manusia dapat menikmati apa arti anugrah dari Allah, tentu semua akan mendapat kebahagiaan… namun setelah setengah tahun ini aku baru menyadari kebahagiaan akan terasa jika kita tidak menjadikan beban hidup sebagai kesusahan, namun sebagai rasa syukur karena kita dapat melalui cobaan itu. Rasa syukur atas apa yang kita miliki… dan sekarang aku mengerti… setiap orang telah diberi kebahagiaan yang sangat melimpah ruah…
Jika kita mau bersyukur kita akan tahu betapa besar nikmat yang selama ini kita peroleh namun sayangnya belum kita syukuri…
Ketika kita melihat orang lain mengendarai mobil, motor dsb sedangkan kita hannya berjalan kaki terkadang aku mengeluh.. “seandainya aku punya mobil itu”, namun apakah kita sadar sebernarnya kita punya sesuatu yang lebih berharga, dan lebih bermakna daripada mobil tsb… kita mempunyai kaki yang sangat berharga… yang dapat kita gunakan untuk berjalan… berkerja… dan lain sebagainya…
Andai kata jika allah berkata akan Ku berikan semua mobil yang paling bagus di dunia ini untukmu tapi Aku akan mengambil kedua kakimu karena kamu lebih menginginkan mobil tersebut…
Dan apabila Allah berkata Aku akan berikan Semua Emas yang ada di dunia ini kepadamu, namun Aku akan mengambil nikmat sehat darimu, apakah kitamau??? Apakah kita bersedia??? Saudaraku semuanya yang dirahmati Allah dan wahai diriku, marilah Bersyukur atas segala nikmat yang telah kita terima. Karena syukur adalah nikmat yang paling besar untuk kita… karena dengan bersyukur kita akan tahu betapa Maha Baik dan  betapa sayangnya Allah kepada kita,dan dengan bersyukur kita akan tahu bahwa nikamat yang di berikan Allah kepada kita selama ini sungguh sangat sangat banyak,bahkan tak akan mampu kita menghitungnya.

Dalam sebuah hadits diceritakan bahwa pada suatu tengah hari, ketika cuaca panas terik, Abu Bakar Sidik r.a. keluar dari rumahnya kemudian mendatangi masjid Nabawi dengan keadaan gelisah. Ketika diketahui oleh Umar r.a. maka beliau pun datang ke masjid itu lalu bertanya kepada Abu Bakar r.a. "Untuk apakah engkau berada di sini dalam keadaaan begitu panas terik?" Beliau r.a. menjawab, "Terpaksa, karena saya menderita lapar." Umar r.a. berkata, "Demi Zat yang nyawaku berada dalam genggaman-Nya, itu pulalah yang menyebabkan saya datang ke sini." Sementara itu Rasulullah saw. pun datang ke masjid itu kemudian bertanya kepada mereka, "Untuk apakah kalian datang ke sini?"  Mereka menjawab, "Kami terpaksa ya Rasulullah, karena menderita kelaparan yang tidak tertahankan." Maka Rasulullah  saw. juga berkata, " Hal itu pulalah yang menyebabkan saya datang ke sini."
     Kemudian ketiga-tiganya berangkat hingga sampai di rumah Abu Ayub Ansari r.a. yang pada waktu itu tidak ada di rumah, tapi isterinya menyambut dengan begitu gembira. Rasulullah bertanya, "Kemanakah Abu Ayub?’ Isteri Abu Ayub berkata bahwa suaminya sebentar lagi akan pulang. Tidak berapa lama kemudian Abu Ayub pun tiba, segera beliau memetik setangkai buah kurma lalu menghidangkannya. Rasulullah saw. bertanya, "Mengapa dibawa setangkai yang buahnya sebagian matang sebagian mentah. Bukankah lebih baik jika dibawa yang matang saja.
     Abu Ayub r.a. menjawab, "Saya membawa semuanya, agar dapat memilih, karena ada yang senang  buah kurma matang ada pula yang senang buah kurma mentah."
      Mereka pun kemudian memakan kurma itu, sementara Abu Ayub r.a. menyembelih seekor anak kambing kemudian setengah dagingnya digoreng dan setengah lagi digulai kemudian dihidangkan di hadapan tamu yang mulia itu. Rasulullah saw. mengambil sepotong roti dan sedikit daging kemudian diserahkan kepada Abu Ayub Ansari r.a. sambil bersabda, "Makanan ini hendaknya engkau sampaikan kepada anak kesayanganku Fatimah, karena sudah beberapa hari dia tidak memperoleh makanan." Beliau segera pergi menyampaikan makanan itu kepada Fatimah r.a.
    Mereka pun memakan roti dan daging itu. Kemudian Rasulullah saw. berkata, "Kita telah menikmati roti, daging, buah kurma baik yang masak maupun  yang mentah ."  Air mata  Rasulullah saw. bercucuran  sambil  bersabda, " Inilah nikmat-nikmat yang akan  ditanya pada hari kiamat." Mendengar hal itu para sahabat r.a. terkejut dan merasa sedih (karena kenikmatan itu diperoleh setelah menderita kelaparan yang amat sangat, dan akan ditanya pada hari kiamat). Rasulullah saw. bersabda," Mensyukuri nikmat-nikmat Allah itu telah diwajiban dan caranya adalah, mulailah makan dengan mengucapkan Bismillaah dan apabila selesai menikmatinya, bacalah
  "Alhamdulilaahil ladzii huwa assba’ana wa an ngama  a’laina  wa afdhol"
Segala puji bagi Allah yang telah mengenyangkan kami dan memberi kami kenikmatan yang banyak.

Banyak lagi riwayat mengenai perkara ini, yang tidak akan saya kemukakan di sini. Karena tujuan saya di sini hanyalah memperlihatkan betapa banyak firman Allah mengenai kehinaan dunia dan dunia tidak layak untuk mendapatkan perhatian yang sangat besar, karena dibandingkan dengan akhirat dunia adalah sangat kecil. Dan sibuk dengan urusan dunia dapat menyebabkan kerugian besar sehingga sampai kepada azab Allah Swt.. Berulang-ulang Allah Swt. memberi peringatan mengenai hal ini didalam ayat-ayatNya. Yang mengherankan dan memalukan adalah kelalaian manusia terhadap hal ini semakin bertambah  besar  sedangkan peringatan dari Allah Swt. begitu banyak. Bagaimana kita dapat menghadap Allah dengan menghadapkan wajah kita kepadaNya.

Ampunilah Hamba yang telah lalai karana kenikmatan dunia yang hannya sesaat
Ampuni hamba yang lalai bersujud padamu
Ampuni hamba yang telah menyianyiakan apa yang telah engkau beriakan padaku
Ampuni hamba yang telah lalai bersyukur atas semua nikmatmu
Ampuni Aku ya Allah….
Ampuni Aku Ya Allah…
Ampuni…Aku…
Ampuni.. Aku…
Jadiaknya hati ini seperti sebuah oase di padang pasir yang senantiasa memberikan air untuk musyafir yang dahaga
Jadikanlah hamba menjadi manusia yang pandai bersyukur…
Amin ya Allah ya Robbal Alamin.
source from:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk komentar dan saran dapat ditulis di bawah ini. Terimakasih sebelumnya. Jazakumullohu khorion katsiro.